HOBIQQLOUNGE – Apa Itu Marital Rape dan Efeknya bagi Kondisi Psikologis Korban?
hobiku9.org – Walau sudah menikah, seks tetap perlu consent
Pemerkosaan dapat terjadi pada siapa saja, tak memandang jenis kelamin, usia, suku, agama, ras, hingga status sosial. PKV GAME Tak terkecuali pemerkosaan dalam institusi pernikahan atau marital rape.
Bagaimana dengan di Indonesia?
Lantas, apa itu marital rape dan dampaknya bagi psikologis korban? Buat kamu yang masih belum sepenuhnya memahami hal ini, simak penjelasan lengkapnya berikut ini, ya!
Apa Itu Marital Rape dan Efeknya bagi Kondisi Psikologis Korban?
1. Apa itu marital rape?
Menurut keterangan dari European Institute for Gender Equality (EIGE), marital rape adalah penetrasi vagina, anal, atau oral yang bersifat non-konsensual pada tubuh orang lain, dengan bagian tubuh atau objek apa pun, BANDARQ serta tindakan non-konsensual lainnya yang bersifat seksual oleh pasangan dalam ikatan perkawinan.
2. Siapa saja yang rentan mengalami marital rape?
Marital rape bisa terjadi pada siapa saja.
Situs poker online terpercaya, kini tersedia akun pro super win di hobiku9.org dengan bermain menggunakan akun tersebut meraih untuk besar tidak terhindarkan. pendaftaran gratis mudah & aman terpercaya
3. Apa dampak fisik yang dirasakan korban marital rape?
1 akun pkv game tersedia 10 game menarik tentu banyak Pemain yang merasa senang dengan 10 game terpopuler contoh nya BANDAR SAKONG
4. Dampak psikologis pun dirasakan oleh korban
Tak hanya meninggalkan luka fisik, marital rape juga menyisakan luka batin pada korban.
Tak berhenti sampai di situ, korban juga merasakan efek jangka panjang, seperti gangguan tidur, gangguan makan, citra diri negatif, disfungsi seksual, masalah keintiman, dan depresi, menurut NRCDV.
5. Bagaimana cara mencegah marital rape?
Untuk mencegah marital rape, baik pihak perempuan maupun laki-laki perlu mendapat edukasi yang memadai. Keduanya harus tahu batas fisiologis dan tidak memaksakan hubungan seks, misalnya saat sedang menstruasi, kelelahan, DOMINO99 atau ketika memang tidak menginginkannya.
Ingat, kita punya otoritas atas tubuh kita sendiri dan berhak menolak hubungan seks jika tidak ingin.
Ikatan pernikahan bukanlah legitimasi untuk memaksakan hubungan seks. Hubungan seks bersifat mutualisme, di mana kedua pihak saling menyetujui dan tidak ada paksaan atau tekanan dari salah satu pihak.
Perlindungan hukum terhadap marital rape tertuang dalam UU Nomor 23 Tahun 2004 mengenai Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT). Korban bisa melaporkan pasangannya dengan landasan UU tersebut.
baca juga : 5 Perubahan Yang Terjadi Pada Penis Saat Menginjak Usia Lanjut