HOBIQQ LOUNGE – Banyak Remaja Melewatkan Sarapan Apa Dampaknya – Yang sering dibahas dalam berbagai webinar kesehatan adalah ibu hamil dan anak-anak. Padahal, membahas kesehatan remaja juga tidak kalah penting. Mengingat, triple burden of malnutrition bisa terjadi pada remaja.
Berkaca pada fenomena tersebut, Koalisi Food and Land Use (FOLU) mengadakan diskusi publik via Zoom dan YouTube dengan tema “Pola Makan Sehat untuk Masa Depan Bangsa” pada Selasa (31/1/2023).
Mengenal triple burden of malnutrition lebih dekat
Menurut dr. Rina, triple burden of malnutrition adalah tiga kondisi yang menjadi beban, yaitu masalah kekurangan gizi yang belum teratasi,
defisiensi gizi mikro (misalnya kekurangan zat besi pada remaja perempuan),
serta prevalensi kelebihan berat badan (overweight) dan obesitas yang terus meningkat.
Faktor-faktor yang berkontribusi pada masalah gizi remaja
Ada banyak faktor yang berkontribusi terhadap masalah gizi remaja, di antaranya adalah:
- Gaya hidup sedentari (gaya hidup tidak aktif di mana orang tersebut banyak duduk dan berbaring serta jarang berolahraga).
- Makan di luar rumah, jajan berlebihan, dan pilihan makanan yang kurang beragam.
- Kesenjangan sosial.
- Persepsi mengenai citra tubuh yang negatif, yang mungkin bisa menyebabkan gangguan makan seperti anoreksia dan bulimia.
- Kesenjangan pengetahuan.
- Kesehatan mental.
- Menikah muda.
Hanya 34,88 persen remaja yang selalu sarapan
Banyak Remaja Melewatkan Sarapan Apa Dampaknya Salah satu kebiasaan makan remaja Indonesia adalah melewatkan sarapan. Bahkan, menurut Global School-Based Student Health Survey (GSHS) 2016 yang di kutip oleh dr. Rina, hanya 34,88 persen remaja yang rutin sarapan.
Padahal, menurut penelitian dalam jurnal Frontiers in Psychology pada 22 November 2021, DOMINO GAPLE
pelajar yang tidak sarapan pagi akan kehilangan konsentrasi dan motivasi di kelas karena kelaparan, yang akan mengurangi waktu belajar efektif.
Selain itu, mereka menyukai camilan yang tidak sehat
Dalam penelitiannya yang di terbitkan pada tahun 2016, dr. Rina menemukan fenomena yang menarik. Dari 170 remaja perempuan di Purwakarta dan Cimahi, 85 orang di antaranya (50 persen) hanya makan dua kali sehari. Mereka justru lebih suka ngemil (snacking) daripada makan berat.
Menurut dr. Rina, 75 persen remaja memilih camilan berdasarkan rasa dan sisanya karena harganya yang murah.GAPLE