HOBIQQ LOUNGE -Liga Champions Eropa yang dikenal sebagai UEFA Champions League (UCL) merupakan kompetisi sepak bola yang melibatkan klub paling bergengsi di Benua Biru. Tiap pemain profesional pasti mendambakan gelar tersebut. Hanya saja, hal itu tidak mudah untuk dilakukan. 5 Pemain Bintang yang
Persaingan ketat membuat banyak pemain top belum tentu meraih Si Kuping Besar. Jadi, kualitas individu bukan jaminan pesepak bola bisa memenanginya. Faktor keberuntungan juga berperan penting.
Menariknya, terdapat sejumlah pemain bintang yang tidak pernah meraih trofi UCL hingga pensiun. Siapa saja pemain yang tidak beruntung itu? Zlatan Ibrahimovic yang baru saja pensiun pada 2023 ini salah satunya.
1. Zlatan Ibrahimovic
Zlatan Ibrahimovic (twitter.com/acmilan)
Kualitas Zlatan Ibrahimovic sebagai striker papan atas tentu tidak perlu diragukan lagi. Kehebatan sang pemain membuat banyak klub jatuh hati kepadanya. Tim-tim macam Ajax Amsterdam, Juventus, Inter Milan, Barcelona, AC Milan, Paris Saint-Germain, hingga Manchester United pernah merasakan jasanya.
Sayang, bersama klub-klub elite itu, Ibrahimovic gagal menjuarai Liga Champions. Capaian terbaiknya hanya sampai babak semifinal bersama Barcelona pada 2010. Ironisnya, Barcelona saat itu disingkirkan mantan klubnya, Inter Milan, yang baru ditinggal pada musim panas sebelumnya.
2. Ronaldo Nazario
Ronaldo Nazario (kiri) saat membela Inter Milan. (twitter.com/Inter)
Ronaldo Nazario sempat menjadi idola anak-anak sedunia pada era 1990-an. Itu semua tidak terlepas dari penampilan ciamik sang pemain di atas lapangan. Bintang asal Brasil tersebut pernah bermain untuk PSV Eindhoven, Barcelona, Inter Milan, Real Madrid, dan AC Milan.
Soal trofi individu, Ronaldo tidak perlu diperdebatkan lagi. Ia pernah memenangi dua kali Ballon d’Or pada 1997 dan 2002. Meski statistik individunya mentereng, Ronaldo tidak pernah meraih trofi Liga Champions. Capaian terbaiknya hanya melangkah hingga ke babak perempat final. Ia menorehkan catatan itu bersama Inter Milan pada 1998/1999. 5 Pemain Bintang yang
Baca Juga: 5 Striker yang Bisa Dibeli AC Milan untuk Gantikan Zlatan Ibrahimovic
3. Francesco Totti
LANJUTKAN MEMBACA ARTIKEL DI BAWAH
Editor’s Picks
- Jokowi Apresiasi Permainan Timnas Indonesia Meski Kalah Dari Argentina
- Senyum Lebar Elkan Baggott Usai Tukar Jersey Dengan Bintang Argentina
- Mental Baja Timnas Indonesia Yang Repotkan Argentina
Francesco Totti (twitter.com/OfficialASRoma)
Francesco Totti menghabiskan seluruh kariernya hanya untuk satu klub, AS Roma. Bersama klub ibu kota tersebut, ia hanya meraih lima gelar domestik. Sedangkan, di Liga Champions, langkah terjauh Totti hanya sampai ke babak perempat final. Momen itu terjadi pada 2006/2007 dan 2007/2008.
Meski di level klub tidak terlalu mentereng, prestasi Totti bersama tim nasional sangat membanggakan. Ia pernah mengantarkan negaranya menjuarai Piala Dunia 2006. Tidak hanya itu, Totti juga membawa Italia juara di Piala Eropa U-21 pada 1996.
4. Ruud van Nistelrooy
Ruud van Nistelrooy (twitter.com/ManUtd)
PKV SLOTS -Ruud van Nistelrooy merupakan salah satu striker tertajam dalam sejarah Liga Champions. Pemain asal Belanda itu total mencetak 56 gol di turnamen tersebut. Ia bahkan menjadi top skor dalam tiga edisi berbeda, yakni pada 2001/2002, 2002/2003, dan 2004/2005. Semuanya di lakukan saat berseragam Manchester United. 5 Pemain Bintang yang
Sayangnya, Van Nistelrooy belum pernah juara Liga Champions bersama Setan Merah. Manchester United sempat meraih gelar Liga Champions pada 1999 saat ia masih membela PSV Eindhoven. Real Madrid, tim yang di perkuatnya kemudian, juga meraih trofi Si Kuping Besar setelah ia pindah ke Hamburger SV.
5. Fabio Cannavaro
Fabio Cannavaro (instagram.com/fabiocannavaroofficial)
PKV CASINO -Fabio Cannavaro merupakan bek mungil yang tangguh pada masanya. Selama berkarier pada rentang 1992—2011, ia sudah memperkuat banyak sekali tim besar. Napoli, Parma, Inter Milan, Juventus, hingga Real Madrid pernah di belanya.
Peraih Ballon d’Or 2006 ini berhasil meraih banyak gelar domestik bersama tim-tim di atas. Namun, hingga memutuskan gantung sepatu, ia tidak kunjung merasakan trofi Liga Champions. Capaian terbaiknya di level Eropa adalah membawa Parma memenangi Liga Europa 1998/1999.
Tragis. Kata itu mungkin cocok menggambarkan kondisi mereka yang gagal memenangi Liga Champions hingga pensiun. Kira-kira mereka bakal menyesalinya atau justru tidak menganggap penting trofi Si Kuping Besar? Menarik memikirkannya.
