HOBIQQ LOUNGE – Bedanya Rokok Elektrik & Konvensional,Sama Bahayanya, Penggunaan rokok elektrik atau rokok elektronik mengalami peningkatan yang signifikan di Indonesia. Menurut data Global Adult Tobacco Survey (GATS 2021), prevalensi perokok elektronik dewasa (di atas 15 tahun) mengalami peningkatan hingga 10 kali dalam 10 tahun.
Peringatan WHO terkait peredaran rokok elektronik
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memberikan peringatan untuk mengambil langkah segera terkait kontrol penggunaan rokok elektronik. Di negara yang mengizinkan komersialisasi rokok elektronik, disarankan untuk memperkuat peraturan demi mengurangi daya tarik.
Pemerintah juga disarankan untuk memperkuat peraturan terkait dampak buruk rokok elektronik terhadap masyarakat. Ini termasuk membatasi konsentrasi dan kualitas nikotin, serta mengenakan pajak pada produk nikotin.
Banyak kandungan rokok elektrik yang membahayakan
Lebih lanjut, Prof. Agus menjelaskan bahwa banyak senyawa berbahaya yang ada dalam rokok elektronik tidak ada di rokok konvensional, dan sebaliknya.
Berbagai studi dan kajian memaparkan senyawa berbahaya yang ada dalam rokok elektronik. Ini meliputi:
Diantaranya Nikotin: Menyebabkan adiksi. Nitrosamin (TSNa): Karsinogen. Glycol, gliserol: Iritasi saluran napas dan paru. Aldehyde, formaldehyde: Inflamasi paru dan karsinogen. Acrolein, otoluidine, 2-naphthylamine: Karsinogen. Logam dan heavymetals: Inflamasi paru, jantung, dan kerusakan sel. Particulate matter (PM): Inflamasi paru, jantung, dan bersifat karsinogen.
Rokok elektronik bisa menyebabkan adiksi
Untuk melihat hubungan rokok elektronik dan adiksi, Prof. Agus dan rekannya telah melakukan penelitian terhadap 71 subjek laki-laki. Subjek ini terdiri dari 34 pengguna rokok elektronik dan 37 bukan pengguna rokok elektronik.
karena itu Penelitian ini melihat kadar kotinin urine yang merupakan bentuk lain dari nikotin dalam tubuh. Pengguna rokok elektronik memiliki rata-rata kotinin urine sebanyak 276,1 ng/ml. Sebagai perbandingan, orang yang merokok 5 batang/hari akan memiliki kadar kotinin urine sekitar 223,5 ng/ml.
Risiko kesehatan rokok elektrik
Oleh karena itu enggunaan rokok elektronik berpotensi menimbulkan berbagai masalah kesehatan, mulai dari jantung, paru, hingga masalah sistemik. Untuk penyakit paru, beberapa bahan kimia yang membahayakan mencakup acetaldehyde, acrolein, dan formaldehyde.
Maka Menurut Prof. Agus, risiko kesehatan yang ditimbulkan rokok elektronik pada sistem paru dan pernapasan meliputi:
- Iritasi saluran napas.
- Meningkatkan risiko bronkitis, asma, dan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).
- Pneumonia atau radang paru.
- Pneumotoraks atau paru bocor.
- Kanker paru.
- Pneumonitis (infeksi paru-paru).
Rokok elektronik tidak bisa membantu kamu berhenti merokok
Selain menjelaskan bahayanya, Prof. Agus menyampaikan bahwa rokok elektronik tidak memenuhi syarat sebagai nicotine replacement therapy (NRT) untuk berhenti merokok.
“Banyak yang beranggapan bahwa vape ini bisa membantu orang berhenti merokok, tetapi nyatanya tidak. Datanya tidak demikian. Faktanya malah dual user itu tinggi di Indonesia,” jelas Prof. Agus.
Pendapat Lainnya
Prof. Agus menyatakan bahwa hingga saat ini tidak ada bukti pasti yang menunjukkan rokok elektrik efektif untuk berhenti merokok. Selain itu, sebagian besar orang malah menggunakan rokok elektronik secara terus-menerus walaupun sudah berhenti menggunakan rokok batangan.
Maka Bisa disimpulkan bahwa rokok elektronik terbukti berbahaya untuk kesehatan berdasarkan berbagai studi dan kajian. Rokok elektronik bisa menimbulkan masalah pada kesehatan jantung, paru, dan sistem kekebalan tubuh, seperti halnya rokok konvensional.