HobiQQ Lounge – Kualitas udara di langit jakarta buruk, Polusi udara kini kembali menjadi pemandangan sehari-hari. Polusi itu mayoritas berasal dari pembuangan gas hasil pembakaran kendaraan bermotor dan industri. Sebenarnya seberapa burukkah kualitas udara di Jakarta?
Greenpeace Indonesia pada 14 Februari 2017 meluncurkan aplikasi bernama ‘UdaraKita’. Aplikasi ini secara real time selama 24 jam memantau kualitas udara di Jakarta dan beberapa daerah lainnya di Indonesia. Aplikasi ini sudah menerapkan penghitungan data partikulat halus atau particulate matter (PM) 2,5, sesuai dengan standar Badan Kesehatan Dunia, World Health Organization (WHO).
PM 2,5 untuk mengukur partikel yang kurang dari 2,5 mikron (mikrometer) yang berasal dari gas buangan yang dilepaskan ke astmosfer, seperti ozon (O3), karbon monoksida (CO), sulfur dioksida (SO2), natrium dioksida (NO2), amoniak (NH3), hidrogen sulfida (H2S), PM 10, dan partikulat lainnya. Sedangkan PM 10 merupakan parameter untuk mengukur partikel yang kurang dari 10 mikron.
Sumber PM 2,5 bisa berasal dari luar ruangan, seperti polusi pembakaran kendaraan bermotor, sampah, batu bara industri, pembakaran hutan, dan reaksi gagas di atmosfer. Sedangkan yang berasal dari dalam ruangan misalnya asap rokok, hasil pembakaran rumah tangga, seperti penggunaan kompor, pengorengan, panggang, dan lainnya.
HobiQQ pun mencoba melongok kondisi udara Jakarta menggunakan aplikasi tersebut pada Kamis, 28 Juni 2018, pukul 07.00 WIB. Hasilnya mencengangkan! Ternyata, rata-rata kualitas udara di Jakarta tidak sehat. Misalnya di kawasan Warung Buncit, Jakarta Selatan, yang menunjukkan angka Air Quality Index (AQI) US atau Indeks Kualitas Udara harian di kawasan itu mencapai 224.
Kawasan Warung Buncit ditandai warna unggu, yang artinya Sangat Tidak Sehat! Sementara itu, di Jalan HR Rasuna Said, Kuningan Jakarta Selatan, menunjukkan angka 183 AQI, berwarna merah (Tidak Sehat). Rawamangun, Jakarta Timur, angkanya 182 AQI, berwarna merah (Tidak Sehat). Adapun di sekitar Mangga Dua, Jakarta Pusat, diketahui angkanya 175 AQI berwarna merah (Tidak Sehat).
“Kita buat perhitungan itu menggunakan data PM 2,5 dari dua stasiun pemantau udara milik US Embassy yang ada di Jakarta Setalan dan Jakarta Pusat,” kata Juru Kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia, Bondan Andriyanu kepada HobiQQ beberapa waktu lalu.
Kualitas Udara di Jakarta Sudah Berbahaya
Bondan menyatakan pihaknya terus mengingatkan publik bahwa kualitas udara di Jakarta sudah berbahaya. Apalagi hampir semua negara sudah mengukur kualitas udara dengan parameter PM 2,5. Sedangkan Indonesia masih menggunakan parameter PM 10 sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara dan Keputusan Menteri Nomor KEP.45/MENLH/1997 tentang Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU).
Di dalam PP No 41/1999 disebutkan ambang batas tahunan PM 2,5 adalah 15 mikrogram per meter kubik (m3). Sedangkan ambang batas tahunan PM 2,5 yang ditentukan oleh WHO adalah 10 mikrogram per m3. Rekaman dua stasiun pemantau udara milik Kedubes AS menunjukkan angka 27,622 mikrogram/m3 (Jakarta Pusat) dan 29,598 mikrogram/m3 (Jakarta Selatan).
Sementara itu, nilai ISPU Agen Poker yang ditentukan dalam aturan Kepmen Lingkungan Hidup No 45/1997 disebutkan 0-51 (Baik), 51-101 (Sedang), 101-199 (Tidak Sehat), 200-299 (Sangat Tidak Sehat) dan 300-3000 (Berbahaya). Dan indeks menurut AQI yang digunakan stasiun pemantau milik Kedubes AS yang diakui WHO adalah 0-50 (Bagus), 51-100 (Moderat), 101-150 (tidak sehat bagi kelompok yang sensitif), 151-200 (Tidak Sehat), 201-300 (Sangat Tidak Sehat) dan 301-500 (Berbahaya).
Buruknya kualitas udara juga diakui lembaga pemerhati lingkungan hidup, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi). Walhi menyatakan pencemaran udara terparah justru di wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Pusat. Pencemaran itu diakibatkan gas buang pembakaran kendaraan bermotor dan transportasi umum.
Berdasarkan pantauan agen bandarq online indonesia, wilayah yang merupakan rawan pencemaran udara antara lain kawasan Thamrin-Sudirman. Juga Pulogadung, yang terdapat banyak industrinya. Lalu tempat lalu lintas yang menjadi pergerakan warga Bodetabek menuju Jakarta.
Karena itu, Pemprov DKI menginginkan semua mobil operasionalnya beralih menggunakan bahan bakar gas (BBG), dari tingkat provinsi sampai kelurahan. “Pemprov DKI akan mulai menggunakan mobil listrik, motor listrik. Itu bisa dimulai di Pemprov sendiri, upaya go green itu akan lebih menarik,” Isnawa menambahkan.
Dia menegaskan, hal itu sangat membutuhkan komitmen kuat dari semua kalangan untuk mewujudkannya. Ke depan, semua kendaraan operasional pemerintah daerah harus beralih menggunakan BBG, begitu juga dengan semua angkutan umum. “Kesulitannya itu kan ketersedian BBG dan sosialisasi secara intensif,” ujarnya.