HOBIQQLOUNGE – Kontaminasi Beberapa minggu lalu, beredar video seorang wanita muda AS yang menjilat sebuah es krim di supermarket dan mengembalikannya lagi ke tempatnya, tanpa membelinya. Kejadian ini tentunya menimbulkan rasa khawatir dan panik diantara masyarakat. Pelakunya dikabarkan terancam hukuman 20 tahun penjara. Mengapa hukumannya begitu berat? Ini dikarenakan kasus kontaminasi bakteri dianggap kejahatan yang sangat serius terutama di Amerika Serikat. Dalam 100 tahun terakhir, memang telah sering terjadi berbagai kasus kontaminasi yang memakan banyak korban jiwa, terutama di AS. Berikut adalah kasus-kasus tersebut.
Elixir Kontaminasi Sulfanilamide – 1937
Pada tahun 1937, pabrik farmasi S. E. Massengill Company menciptakan sebuah olahan sulfanilamide
dengan menggunakan diethylene glycol (DEG) sebagai pelarutnya. Obat ini bisa digunakan untuk mengobati berbagai penyakit dari radang tenggorokan hingga gonorrhea.
Olahan ini mereka beri nama Elixir Sulfanilamide. DEG sendiri ternyata beracun untuk manusia dan mamalia lainnya, namun Harold Watkins, kepala apoteker dan ahli kimia pabrik ini, tidak mengetahui hal tersebut. Meskipun kasus kematian pertama yang disebabkan oleh ethylene glycol terjadi 7 tahun sebelumnya,
tidak banyak yang tahu bahwa ethylene glycol beracun. Dalam olahan ini, Watkins menambahkan perisa raspberry, dan produk ini mulai dijual di pasaran. Percobaan terhadap hewan saat itu belum diharuskan secara hukum, sehingga Massengill pun tidak melakukannya. Elixir Sulfanilamide mulai dijual dan disebarkan pada bulan September 1937. Tanggal 11 Oktober, American Medical Association menerima beberapa laporan kematian yang disebabkan oleh obat ini.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat pun diberitahu akan kejadian tersebut, dan dilangsungkanlah pencarian luas untuk menarik distribusi obat ini. Setidaknya 100 kasus kematian telah disebabkan oleh konsumsi obat ini.
Pemilik perusahaan memilih untuk lepas tanggung jawab atas kasus kontaminasi ini, dan Harold Watkins mengambil nyawanya sendiri ketika menunggu persidangan.
Pembunuhan Kontaminasi Tylenol – 1982
Pada tanggal 29 September 1982, seorang gadis asal Illinois, AS bernama Mary Kellerman tewas setelah menelan sebuah kapsul Extra-Strength Tylenol.
Lalu Adam Janus yang juga berasal dari Illinois meninggal di rumah sakit setelah mengkonsumsi Tylenol; saudaranya Stanley dan adik iparnya Theresa juga tewas setelah menelan pil dari botol yang sama. Dalam beberapa hari setelahnya, Mary McFarland, Paula Prince dan Mary Reiner juga tewas dalam insiden yang serupa.
Semua korban berasal dari Illinois. Setelah diketahui bahwa semua korban mengkonsumsi obat Tylenol sebelum mereka meregang nyawa, langsung diadakan percobaan, yang mengungkapkan adanya kandungan sianida dalam botol-botol Tylenol tersebut. Peringatan pun langsung diterbitkan melalui media dan patroli menggunakan loudspeaker, untuk para penduduk setempat untuk menghentikan konsumsi produk Tylenol.
Kepolisian yang mengetahui bahwa sumber distribusi Tylenol yang terkontaminasi beragam, tahu bahwa masalahnya bukan dari pabrik, karena semua insiden hanya terjadi di daerah Chicago, Illinois. Mereka menduga pelaku kemungkinan besar adalah pekerja di supermarket atau toko obat yang menambahkan sianida ke dalam pil Tylenol dan mengembalikannya ke rak toko. Selain dari lima botol yang dimiliki oleh para korban, ditemukan 3 botol lain yang juga terkontaminasi.
ADUQ Untuk menenangkan masyarakat, Johnson & Johnson, produsen Tylenol, menghentikan distribusi dan pengiklanan produk Tylenol. Jutaan botol obat tersebut juga ditarik dari pasaran, yang menyebabkan Johnson & Johnson kerugian sebesar ratusan juta dolar. Hingga sekarang, pelaku dari kasus ini belum ditemukan.
Obat Palsu dari Pakistan – 2012
Pada akhir bulan Januari 2012, krisis obat palsu menyerang Punjab Institute of Cardiology (POC) di daerah Lahore di Punjab, Pakidtan dan menyebabkan tewasnya lebih dari 100 pengidap penyakit jantung. Menurut berbagai laporan, insiden ini menyangkut para pasien yang berobat di POC dan diberikan resep obat antihipertensi. Obat-obat tiruan ini memicu reaksi yang berlawanan dengan yang diharapkan dengan cara berkumpul di tulang sumsum belakang para pengkonsumsinya, dan menurunkan daya tahan tubuh. Produksi sel darah putih juga terhentikan. Gejala-gejalanya antara lain adalah infeksi pernafasan akut, perubahan warna kulit, menurunnya jumlah keping darah, dan muntah darah.
BANDARQ Pada akhir bulan Januari 2012, krisis obat palsu menyerang Punjab Institute of Cardiology (POC) di daerah Lahore di Punjab, Pakidtan dan menyebabkan tewasnya lebih dari 100 pengidap penyakit jantung. Menurut berbagai laporan, insiden ini menyangkut para pasien yang berobat di POC dan diberikan resep obat antihipertensi. Obat-obat tiruan ini memicu reaksi yang berlawanan dengan yang diharapkan dengan cara berkumpul di tulang sumsum belakang para pengkonsumsinya, dan menurunkan daya tahan tubuh. Produksi sel darah putih juga terhentikan. Gejala-gejalanya antara lain adalah infeksi pernafasan akut, perubahan warna kulit, menurunnya jumlah keping darah, dan muntah darah.
Obat yang dicurigai menjadi penyebabnya termasuk Isotab, Lipitor, Cardiovestin, Alfagril, Concort, dan Soloprin (aspirin). Obat-obat ini didistribusikan oleh POC secara gratis sebagian besar untuk pasien kurang mampu. Total jumlah orang yang beresiko untuk jatuh sakit karena obat-obat ini mencapai 46 ribu orang.
Akibat insiden ini, Sri Lanka melarang impor obat dari Pakistan karena alasan keselamatan. World Health Organization (WHO) pun mengeluarkan peringatan untuk lebih waspada dalam mengkonsumsi obat Isotab produksi Efroze Chemicals.
Setelah membaca tentang kasus-kasus ini, apakah ancaman hukuman 20 tahun penjara menjadi lebih masuk akal terhadap kalian? Atau tetap berlebihan? Yang pasti, kita sebagai konsumen harus selalu berhati-hati dalam mengkonsumsi sebuah produk. Apalagi obat, yang seharusnya menyembuhkan kita, jangan sampai malah membawa penyakit.
Dibaca Juga : Minuman Bubble Tea Jadi Sajen Persembahan