HobiQQLaunge — Dampak buruk sering konsumsi sate, barbeque, ayam panggang, dan segala jenis makanan yang dibakar memang nikmat disantap. Memanggang dengan api besar bisa melepaskan lemak dari daging. Itu sebabnya daging panggang biasanya lebih rendah kalori daripada daging yang digoreng.
Memanggang atau membakar makanan adalah salah satu metode memasak yang disukai banyak orang. Memanggang makanan memberi rasa lezat, berasap, dan khas. Bahkan sebagian orang menyukai sensasi gosong pada makanan yang dibakar.
Tapi, suhu tinggi yang digunakan saat membakar makanan juga bisa berbahaya bagi kesehatan. Beberapa bahan kimia berbahaya bisa terbentuk dari membakar makanan dan berkembang menjadi penyakit. Mungkin masih aman mengonsumsi makanan yang dibakar sesekali, tapi mengonsumsinya terlalu sering bukanlah hal yang bijak.
Beberapa penyakit dikaitkan dengan makanan yang dibakar. Efek samping dari makanan yang dibakar ini bahkan tak tanggung-tanggung. Sebut saja efek karsinogenik penyebab kanker.
Dampak Buruk Sering Konsumsi Makanan yang Dibakar
Darah tinggi
Para peneliti mengaitkan makan daging panggang atau bakar dengan peningkatan risiko tekanan darah tinggi. Penelitian yang dipimpin oleh Gang Liu, Ph.D., dari Department of Nutrition at the Harvard T.H. Chan School of Public Health in Boston, mengungkapkan bahwa subjek yang makan daging sapi, ayam, atau ikan yang dipanggang setidaknya 15 kali setiap bulan memiliki 17 persen lebih mungkin untuk mengalami tekanan darah tinggi daripada mereka yang mengonsumsi makanan ini kurang dari empat kali per bulan.
Pada makanan yang dibakar pada suhu tinggi, makanan ini menghasilkan kadar amina aromatik heterosiklik atau heterocyclic aromatic amines (HAAs). HAA adalah senyawa yang berpotensi berbahaya yang diproduksi ketika daging dimasak pada suhu tinggi.
Risiko kanker meningkat
Ketika semua jenis daging termasuk unggas, daging sapi dan babi dimasak pada suhu yang sangat tinggi, mereka melepaskan bahan kimia yang telah dikaitkan dengan kanker pada hewan. Menurut ACS, daging hangus memiliki dua komponen yang terkait Heterosiklik amina (HCA) dan hidrokarbon aromatik polisiklik (PAH), kedua bahan kimia ini telah ditemukan bersifat mutagenik yang menyebabkan perubahan DNA untuk meningkatkan risiko kanker.
HCA terbentuk ketika gula dan zat-zat dalam otot daging bereaksi terhadap panas yang tinggi, dan PAH terbentuk ketika lemak dan jus menetes ke permukaan dan menyebabkan asap. Asap itu kemudian naik dan menempel pada daging.
Makanan kehilangan gizinya
Saat makanan dipanaskan pada suhu tinggi, nutrisi di dalamnya akan hilang. Nutrisi ini seperti vitamin dan mineral penting dalam makanan.
Daging merah adalah sumber zat besi dan vitamin B12 yang baik, yang membantu membuat DNA dan menjaga sel darah merah dan saraf tetap sehat. Tapi, kebaikan ini hilang saat daging dibakar.
Membakar dan memanggang membuat hampir 40% vitamin B dan mineral di dalam makanan hilang. Hal ini juga berlaku untuk hilangnya vitamin penting lainnya.
Selain itu, pada makanan yang dimasak dalam panas tinggi, protein menjadi terkoagulasi, membuatnya tidak dapat dicerna dengan baik oleh tubuh. Manfaat dari protein bisa hilang ketika makanan dibakar. Padahal, protein sangat penting untuk membangun energi.
Picu asam lambung
Sistem pencernaan akan bekerja lebih keras ketika mencerna makanan yang dibakar. Makanan yang dibakar bisa bertahan lama di dalam perut. Makanan yang dibakar dapat membuat refluks asam lebih buruk.
Kondisi ini bisa menyebabkan asam lambung, heartburn, dan sakit perut. Terlalu banyak mengonsumsi makanan yang dibakar dapat memicu penyakit gastroesophageal reflux (GERD), gangguan pencernaan, rasa kekenyangan, dan ketidaknyamanan perut. Jadi, bagi Anda yang memiliki kecenderungan penyakit asam lambung dan maag tidak disarankan untuk terlalu sering mengonsumsi makanan yang dibakar dalam suhu tinggi.
Risiko penyakit jantung
Membakar dan memanggang makanan dapat mengeluarkan lemak dalam daging. Jika lemak ini tak dibuang dan tetap dikonsumsi, risiko menumpuknya kolesterol akan meningkat.
Makanan yang dibakar juga akan menghasilkan produk akhir glikasi lanjut atau advanced glycation end products (AGEs). Ini merupakan reaksi kimia antara lemak dan protein dalam daging.
Racun ini terkait dengan ketidakseimbangan antioksidan dalam tubuh, memicu peradangan, yang dapat menyebabkan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular seperti serangan jantung dan stroke.
Picu diabetes
Produk akhir glikasi lanjut atau advanced glycation end products (AGEs) juga bisa memengaruhi gula darah. AGE menginduksi kerusakan jaringan melalui proses yang disebut sebagai “cross linking”. Di dalam tubuh, pembentukan AGE konsisten ketika ada peningkatan kadar fruktosa dalam makanan. Ini risiko besar pada penderita diabetes. Agen Poker
Tingkat AGEs yang lebih tinggi telah dikaitkan dengan resistensi insulin, stres pada sel-sel tubuh dan peradangan. Konsentrasi AGEs yang lebih tinggi dalam darah juga dapat meningkatkan peradangan. Kondisi ini akan merugikan pasien dengan rheumatoid arthritis (RA) dan penyakit radang lainnya.