HOBIQQLOUNGE – 5 Fakta Disforia Gender, Mempertanyakan Jiwa di Diri Sendiri
Hobiqqindo.info – Bisa berbahaya bagi mental jika tidak segera ditangani!
Tubuh saya memang tubuh laki-laki, tetapi, saya merasa nyaman dengan pakaian perempuan…”
“Saya memang memiliki payudara. Tetapi, saya merasa nyaman melakukan aktivitas lelaki…”
Pernah mendengar cerita seperti itu? Atau, kamu adalah salah satunya?
Secara medis, keadaan itu disebut “Disforia gender”. Definisinya adalah saat seseorang merasa tidak nyaman dengan gendernya karena tidak sesuai dengan identitas gender yang mereka rasakan.
Tidak aneh jika mereka dengan disforia gender kemudian merasa nyaman jika melakukan hal-hal yang berlawanan dengan jenis kelamin mereka sendiri. Contoh, pria lebih merasa nyaman berdandan dan berpakaian layaknya wanita, atau sebaliknya, wanita berkelakuan dan berpakaian seperti pria.
“Ih, kok pria berpakaian seperti wanita? Kayak banci, dong!”
Inilah yang sering terdengar dari mulut mereka yang memandang kaum disforia gender tanpa mengetahui dilema yang menerpa pikiran mereka. Malah, begitu dijelaskan, khalayak ramai malah berpikir kalau mereka “gila”. Tanpa mereka sadari, itulah yang menyebabkan kaum disforia depresi dan tersiksa.
Tidak lagi dikategorikan sebagai gangguan mental, inilah fakta-fakta yang harus diketahui dalam menghadapi disforia gender. Jangan sampai terlewat begitu saja!
5 Fakta Disforia Gender, Mempertanyakan Jiwa di Diri Sendiri
1. Hubungan antara disforia gender dan identitas gender
Karena disforia gender datang dari ketidaknyamanan seseorang pada gendernya dikarenakan tidak sesuai dengan identitas gender yang tertanam dalam dirinya, maka penting untuk mengetahui hubungan antara disforia gender dan identitas gender.
Menurut National Health Service (NHS), identitas gender adalah pada perasaan seseorang tentang siapa dan bagaimana ia melihat dan menggambarkan jati dirinya. Kebanyakan orang mengakui identitas gendernya secara biner, antara “pria” atau “wanita”.
Tetapi, beberapa orang merasa identitas gender mereka berbeda dari karakteristik kelamin biologis mereka. Contohnya:
- Seorang pria dengan segala ciri fisiknya bisa saja menganut identitas sebagai seorang perempuan.
- Seorang wanita dengan segala ciri fisiknya bisa saja menganut identitas sebagai seorang pria.
Nah, mereka dengan disforia gender memiliki keinginan kuat untuk hidup sesuai dengan identitas gender mereka, meskipun terlihat “aneh”. Ingat! Jangan samakan disforia gender dengan orientasi seksual. Meskipun seseorang memiliki disforia gender, ia bisa saja seorang heteroseksual atau homoseksual.
Menurut situs Psychology Today, mereka dengan disforia gender mengubah penampilan dan perilaku mereka agar sesuai (pria berkelakuan seperti wanita dan sebaliknya). Namun, tidak jarang mereka memilih untuk menganut identitas tersebut diam-diam, dan tetap berpakaian dan berperilaku sesuai dengan kodrat gendernya.
2. Gejala disforia gender
Setelah direvisi pada Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM) oleh American Psychiatric Association (APA), disforia gender tidak lagi diidentifikasi sebagai gangguan mental pada DSM-5.
Menurut APA, diagnosis disforia gender kaum remaja dan dewasa melibatkan penilaian antara identitas gender seseorang yang dianut dan jenis kelamin yang ditetapkan, serta signifikansi masalah yang dihadapi. Diagnosis tersebut berlangsung minimal enam bulan dan memenuhi minimal dua dari gejala berikut:
- Ketidaksesuaian antara identitas gender dan karakteristik gender pria/wanita,
- Keinginan kuat untuk menghilangkan karakteristik gender pria/wanita,
- Keinginan kuat terhadap karakteristik gender pria/wanita,
- Keinginan kuat untuk menjadi gender yang berlawanan,
- Keinginan kuat untuk diperlakukan sebagai gender yang berlawanan, dan
- Keyakinan bulat serta memiliki perasaan dan reaksi yang kuat pada gender berlawanan.
Sedangkan, untuk anak-anak, biasanya perilaku disforia gender terlihat saat mereka menginjak usia 2 hingga 4 tahun saat perilaku gender mulai terlihat. Seperti sebelumnya, diagnosis berlangsung minimal enam bulan dan memenuhi minimal dua dari gejala berikut:
- Keinginan kuat untuk menganut identitas gender yang berlawanan atau kekeh menganggap dirinya gender berlawanan,
- Suka memakai pakaian gender yang berlawanan,
- Suka memerankan peran lintas gender saat bermain,
- Suka bermain dengan mainan yang digunakan oleh gender berlawanan atau terlihat aneh jika dimainkan oleh gender pasien,
- Menolak bermain dengan mainan yang biasa digunakan oleh gender pasien.
- Suka berkawan/bermain dengan anak-anak gender berlawanan,
- Benci dengan anatomi gender diri sendiri, serta
- Keinginan kuat untuk memiliki karakteristik gender yang sesuai dengan identitas gender yang pasien inginkan.
4. Penyebab disforia gender
Pertanyaan yang cukup menarik adalah,
“Mengapa ia bisa benci terhadap gendernya sendiri? Apakah turunan? Faktor hormon saat di kandungan? Atau, faktor lingkungan?”
Sama seperti kebanyakan gangguan psikologis (meskipun disforia gender bukanlah gangguan psikologis), jawabannya adalah… “Tidak diketahui secara pasti”. Namun, ketiga faktor yang tadi ditanyakan, bisa berkontribusi terhadap perkembangan disforia gender pada diri individu.
Permulaan minat dan ketertarikan pada kegiatan lintas gender biasanya dimulai antara usia 2 dan 4 tahun, dan banyak orang tua kemudian melaporkan bahwa minat anak mereka terhadap hal-hal lintas gender menetap.
Hanya sejumlah kecil anak-anak dengan disforia gender yang akan menunjukkan gejala di masa remaja atau dewasa nanti.
Biasanya, anak-anak dengan disforia gender akan kesulitan berbaur saat mulai masuk sekolah. Apalagi, jika hubungan pertemanan sebaya menjadi semakin bervariasi dan orangtua mulai curiga bahwa masalah identitas gender pada buah hati mereka bukanlah “fase kedewasaan” semata
5 Fakta Disforia Gender, Mempertanyakan Jiwa di Diri Sendiri
3. Dampak disforia gender
Permasalahan utama yang menerpa kaum disforia gender bukanlah persepsi orang terhadap mereka, namun masalah psikologis yang mengancam.
Meskipun bukan dianggap gangguan mental, justru disforia gender dapat menjadi “gerbang” untuk gangguan mental dikarenakan ketidaknyamanan terhadap gendernya dan pandangan negatif masyarakat terhadap perubahan perilaku mereka.
Malahan, mereka dengan disforia gender memiliki kemungkinan tinggi untuk mengembangkan gangguan psikologis. Menurut situs WebMD, jika tidak ditangani secepatnya, sebanyak 71 persen kaum disforia gender dapat mengembangkan gangguan mental seperti:
- Gangguan mood,
- Waswas (anxiety),
- Skizofrenia,
- Penyalahgunaan minuman keras atau obat-obatan terlarang,
- Depresi,
- Gangguan makanan (anoreksia atau bulimia), dan
- Pikiran serta percobaan bunuh diri.
5. Perawatan untuk disforia gender
Dunia kesehatan dan psikologis menganggap tidak etis untuk memaksa seseorang menetap pada gendernya, karena hal tersebut dapat menyiksa dirinya lebih jauh. Sama seperti gangguan psikologis lainnya, APA menyarankan psikoterapi untuk kaum disforia gender, bisa dengan terapi individu dan pasangan/keluarga.
Dengan terapi individu, kaum disforia gender dapat mengerti perasaannya untuk menyelesaikan permasalahan antara identitas gender dan ketidaknyamanannya. Sedangkan dengan terapi pasangan/keluarga, kaum disforia gender dapat merasa lebih diterima dengan menciptakan lingkungan yang suportif.
Untuk anak-anak, biasanya akan membutuhkan ahli medis dari berbagai disiplin, seperti pediatri, psikolog, hingga ahli endokrinologi. Tujuannya adalah menciptakan lingkungan yang kondusif dan suportif bagi si kecil agar dapat mengekspresikan diri dan menyelesaikan ketidaknyamanan yang ia rasakan.
Menurut situs Health Direct Australia, beberapa kaum disforia gender memilih suntik hormon lintas gender dan melakukan operasi kelamin agar menyesuaikan dirinya terhadap identitas gender yang mereka inginkan.
Perawatan suntik hormon tergantung dari apakah kaum disforia gender sudah menjalani pubertas atau belum. Terdapat dua tipe suntik hormon:
- Untuk menahan pubertas,
- Hormon lintas gender untuk remaja mulai dari usia 16 tahun.
Pastinya, prosedur tersebut harus mendapat persetujuan dari pihak berwenang dan dilakukan oleh ahli endoktrinologi resmi. Jika kaum disforia menginjak usia 18 tahun, mereka bebas untuk melakukan operasi untuk mengubah bagian tubuhnya mengikuti kemauan identitas gender mereka.
Sebagai ilustrasi dari dilema yang dihadapi kaum disforia gender, saksikan cuplikan video singkat berikut ini:
baca juga: 5 Rekomendasi Anime Movie Terbaik Yang Wajib Kamu Tonton