HOBIQQLOUNGE – 7 Faktor yang Bisa Meningkatkan Resiko Kanker Ovarium, Simak yuk!
Berdasarkan data yang dirilis oleh World Health Organization (WHO) pada tahun 2014, sekitar 92.200 perempuan meninggal akibat kanker. Kanker payudara adalah pembunuh utama dengan total 21,4 persen, kanker serviks 10,3 persen dan kanker ovarium membunuh 7,6 persen perempuan.
BANDAR Q
Ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko terkena kanker ovarium. Apa sajakah faktor-faktor tersebut dan apakah kita bisa menghindarinya? Simak penjelasannya di sini! Agen Poker
7 Faktor yang Bisa Meningkatkan Resiko Kanker Ovarium, Simak yuk!
1. Memiliki sindrom lynch meningkatkan risiko terkena kanker ovarium
Kanker ovarium punya keterkaitan secara genetis dengan sindrom lynch. Sindrom turunan ini memiliki nama lain kanker kolorektal nonpolyposis herediter (HNPCC). Perempuan yang memiliki sindrom lynch punya 12 persen risiko lebih besar untuk mengembangkan kanker ovarium dan 40-60 persen risiko lebih besar terkena kanker rahim.
2. Mengalami mutasi gen BRCA 1 dan BRCA 2
Faktor risiko paling signifikan untuk mengembangkan kanker ovarium adalah mutasi genetis. Lebih spesifiknya, mutasi genetis pada gen BRCA1 (gen kanker payudara 1) dan gen BRCA2 (gen kanker payudara 2). Mutasi genetis ini meningkatkan risiko 10-15 persen terkena kanker ovarium, jelas Ovarian Cancer Research Alliance.
Karena kedua gen ini saling terkait, perempuan yang memiliki kanker payudara berisiko tinggi terkena kanker ovarium. FYI, perempuan Eropa Timur memiliki risiko lebih tinggi mengalami mutasi gen BRCA1 dan BRCA2. Meski begitu, perempuan dari ras lain juga bisa mengalami mutasi gen ini, lho!
3. Tentu saja, kanker ovarium bisa diwariskan dari keluarga!
Perempuan yang memiliki kerabat tingkat pertama dengan kanker ovarium memiliki risiko seumur hidup 5 persen. Padahal, rata-rata resiko seumur hidup pada perempuan hanya 1,4 persen, ungkap Ovarian Cancer Research Alliance. FYI, kerabat tingkat pertama adalah orang tua kandung dan saudara kandung, spesifiknya ibu, saudari perempuan atau nenek.
Sejarah keluarga dengan kanker ovarium harus diteliti dengan baik. Namun, ada juga perempuan tanpa riwayat keluarga dan tetap terkena kanker ovarium. Jika kamu punya kerabat yang mengalami kanker ovarium, lakukan konseling dan uji genetik untuk meneliti sebesar apa risiko kita terkena kanker ovarium.
4. Semakin tua usia, semakin beresiko terkena kanker ovarium
Sebenarnya, semua perempuan berisiko terkena kanker ovarium, tanpa memandang berapa usia mereka. Namun, penderita kanker ovarium paling banyak berada di rentang usia 55-64 tahun dengan jumlah 25 persen. Sementara, 22 persen penderita kanker ovarium berada di usia 65-74 tahun, tutur laman Health Line.
Perempuan berusia 20-34 tahun yang menderita kanker ovarium jumlahnya sedikit, hanya 4 persen saja! Kanker ovarium biasanya mulai terbentuk setelah perempuan mengalami menopause. Bila dirata-rata, perempuan terdiagnosis kanker ovarium pada usia 63 tahun, ungkap laman Ovarian Cancer Research Alliance.
5. Melihat riwayat reproduksi dan kesuburan pada perempuan dan korelasinya dengan kanker ovarium
Risiko terkena kanker ovarium bisa dilihat dari riwayat reproduksi dan kesuburan perempuan. Seorang perempuan berisiko lebih tinggi terkena kanker ovarium jika mulai menstruasi sebelum usia 12 tahun, memiliki anak pertama setelah usia 30 tahun dan mengalami menopause setelah usia 50 tahun.
Selain itu, laman Ovarian Center Research Alliance menyebut bahwa menggunakan obat kesuburan bisa meningkatkan risiko terkena kanker ovarium. Risiko terbesar adalah ketika menstruasi terjadi pada usia yang sangat dini dan menopause terjadi di usia yang lebih tua dari rata-rata perempuan pada umumnya.
6. Melakukan terapi hormon juga bisa meningkatkan resiko!
Menopause memiliki gejala yang cukup mengganggu bagi sebagian perempuan. Di antaranya adalah berkeringat saat malam, sulit tidur dan vagina kering. Gejala ini umum terjadi karena tubuh sedang menyesuaikan diri dengan penurunan kadar estrogen, jelas laman Ovarian Cancer Research Alliance.
Untuk mengurangi gejala menopause, dokter pun memberi terapi hormon. Namun, perempuan yang melakukan terapi hormon berisiko lebih tinggi terkena kanker ovarium. Kombinasi hormon estrogen dan progestin selama lima tahun bisa meningkatkan risiko terkena kanker ovarium.
7. Obesitas meningkatkan resiko terkena kanker ovarium
Terakhir, kelebihan berat badan rupanya bisa meningkatkan risiko terkena kanker ovarium! Penelitian yang dilakukan di tahun 2009 menyebut bahwa obesitas dikaitkan dengan risiko kanker ovarium 80 persen lebih tinggi. Apalagi pada perempuan berusia 50-71 tahun setelah menopause, ungkap laman Ovarian Cancer Research Alliance.
Perempuan yang memiliki indeks BMI di atas 30 (normalnya adalah 18,5 sampai 24,9) memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker ovarium. Selain itu, obesitas juga memengaruhi kelangsungan hidup penderita kanker ovarium, tegas laman American Cancer Society. Obesitas juga bisa menyebabkan komplikasi kesehatan lain, seperti stroke dan diabetes.
Nah, itulah 7 faktor yang meningkatkan risiko terkena kanker ovarium. Tetap waspada dan selalu jaga kesehatan, ya!
Baca Juga : Makanan Baik Dikonsumsi Saat Perut Kosong