Gangguan Mental Euforia Bermain Api
BERITA UNIK

Gangguan Mental Euforia Bermain Api

HOBIQQLOUNGE – Mengenal Pyromania: Gangguan Mental “Euforia Bermain Api”

Isu kesehatan mental menjadi perbincangan yang cukup krusial di era modern ini. Sudah banyak media massa baik lingkup nasional maupun internasional yang mengedukasi pentingnya menjaga kesehatan mental diri sendiri. Saling bergandeng tangan untuk memberi dukungan terhadap sesama adalah salah satu kunci. Peristiwa besar dalam tanda kutip negatif sering menjadi penyebab seseorang mengalami tekanan, stres hingga berujung depresi. Tidak hanya dari segi gangguan emosi akan tetapi juga perilaku distorsi.

Mengenal Pyromania: Gangguan Mental “Euforia Bermain Api”

1. Kegilaan impulsif

Salah satu jenis gangguan mental yang masih asing di telinga masyarakat awam ialah Pyromania, bentuk obsesi berlebihan pada api. Kraepellin dalam pandangannya mengungkapkan Pyromania sebagai kegilaan yang impulsif. Gangguan ini disebut juga dengan Sindrom Jomeri – diambil dari nama psikolog yang meneliti. Istilah Pyromania diungkapkan pertama kali oleh Marc pada tahun 1833.

Pada awalnya Pyromania dianggap sebagai bentuk kriminalitas atau kegilaan yang berlebihan. Berjalannya waktu bidang psikiatri mampu membuktikan bahwa Pyromania termasuk dalam gangguan mental. Menurut Asosiasi Psikiatri Amerika dalam DSM (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders) Pyromania termasuk kategori Disruptive, Impulse-Control, dan Conduct Disorders. Suatu bentuk gangguan kontrol impuls yang ditandai dengan ketidakmampuan mengontrol diri untuk bermain api sebagai bentuk kepuasan pribadi.

2. Berawal dari rasa ingin tahu dan tertimbun emosi negatif

Gejala umum penderita Pyromania adalah memiliki rasa ingin tahu yang besar dan ketertarikan dengan api diikuti konsekuensi terhadap hubungan sebab akibat. Sebelum melakukan aksi membakar atau bermain api biasanya penderita mengalami tekanan sehingga emosinya menumpuk.

Kemudian dia melepaskan emosi negatif tersebut melalui aktivitas yang berhubungan dengan api dalam skala kecil maupun besar. Terkadang intensitas “pembakaran” tidak hanya satu kali namun bisa dua kali atau lebih. Orang dengan gangguan Pyromania melakukan segala aktivitas yang berhubungan dengan api secara sadar. Dampak selanjutnya dia akan merasa gembira setelah dorongan impulsif tersebut tercapai.

3. Ketidaksesuaian nilai-nilai kehidupan

Penelitian menunjukkan kebanyakan orang yang menderita Pyromania adalah anak-anak dan remaja. Tidak menutup kemungkinan bisa terjadi pada orang dewasa akan tetapi persentasenya kecil. Penyebab pyromania diduga berasal dari faktor individu dan lingkungan berupa psikopatologi, kecenderungan neurokimia, dan disfungsional dalam keluarga yaitu hilangnya peran figur seorang ayah dalam rumah tangga.

Faktor lain yang berhasil diidentifikasi sebagai penyebab Pyromania, secara umum dianggap sebagai komorbiditas ADHD atau gangguan pemusatan perhatian, keadaan bosan sehingga melakukan eksperimen, dan perasaan tidak berdaya.

4. Perlu pengobatan

Pyromania akan menjadi kronis jika tidak ditangani dengan baik. Tindakan pengobatan disesuaikan dengan usia dan tingkat keseriusan yang diderita. Diawali dengan tahap diagnosis untuk mengetahui penyebab mengapa seseorang menderita Pyromania melalui terapi perilaku kognitif.

Setelah diketahui penyebabnya, tahap selanjutnya berupa tindakan terapi pemulihan berulang-ulang. Tindakan rekomendasi lain untuk meminimalisir gangguan Pyromania seperti latihan relaksasi, latihan keterampilan, pendidikan keselamatan dan pencegahan kebakaran serta meningkatkan perilaku positif. Pemberian obat kadang juga dipilih menjadi alternatif tambahan dengan jenis obat-obatan antidepresan, antipsikotik, dan penstabil suasana hati.

5. Laki-laki lebih berisiko

Menurut Sigmund Freud pencetus teori psikoanalisis Pyromania merupakan gangguan mental yang langka dengan jumlah pengidap laki-lakinya lebih banyak. Penderita juga mengalami kesulitan belajar dan kemampuan keterampilan sosial lemah. Gangguan Pyromania dapat diderita seseorang mulai usia 3 tahun dengan jumlah insiden kurang dari satu persen menurut kacamata penelitian para ahli. Sangat disayangkan penelitan yang merujuk pada pembahasan Pyromania masih jarang dilakukan akibat kelangkaan kasus tersebut.

Melihat realitas yang ada di masyarakat mungkin masih minim atau bahkan belum ditemukan gangguan mental jenis ini. Akan tetapi sebagai manusia yang haus akan ilmu pengetahuan tidak ada salahnya membekali diri dengan berbagai wawasan. Giat membenahi diri melalui budaya emosi dan perilaku positif dapat membendung gangguan mental yang tidak terkendali.

Baca Juga : Terjadi Jika Tubuhmu Kekurangan Oksigen


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *