Tradisi Perang Api di Bali Menetralisir Kekuatan Negatif
BERITA UNIK BERITA VIRAL

Tradisi Perang Api di Bali Menetralisir Kekuatan Negatif

Perang Api di Ubud, Tradisi Usir Roh Jahat Menjelang Hari Raya Nyepi -  Bagian 1

HOBIQQ LOUNGE – Tradisi Perang Api di Bali Menetralisir Kekuatan Negatif – Bali dikenal memiliki banyak tradisi unik yang telah diwariskan oleh leluhur masyarakat Bali. Tradisi ini masih di jalankan hingga saat ini karena di percaya memberikan keselamatan bagi masyarakat yang melaksanakannya.

Salah satu tradisi unik yang ada di Bali adalah Tradisi Perang Api. Beberapa daerah di Bali memiliki tradisi perang api yang tentunya masing-masing memiliki keunikan tersendiri.

Pemujaan kepada Dewa Api

Tradisi Perang Api di Bali

Dewa Api atau Hyang Api atau Hyang Agni adalah salah satu dewa yang di puja masyarakat Bali khususnya umat Hindu yang di perkirakan dimulai sejak abad IX masehi. Hal ini dapat di lihat dari beberapa prasasti seperti prasasti Sukawana dan beberapa nama pura yang menggunakan nama api seperti Pura Hyang Api di Klusa, Kecamatan Payangan, Kabupaten Gianyar, Pura Labuh Api di Desa Unggasan, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Pura Kobar Api yang ada di Kecamatan Denpasar Barat, Kota Denpasar, dan lain-lainnya.

Tradisi perang api di Desa Unggahan Buleleng

TRADISI LUKAT GENI SEBELUM PENGERUPUKAN DI BALI - Punapi Bali

Tradisi Perang Api di Bali Menetralisir Kekuatan Negatif Prosesi perang api di laksanakan pada sore hari di pusat desa. Sarana yang di gunakan adalah slepan atau daun janur yang sudah kering kemudian di ikat hingga sebesar paha orang dewasa. Kemudian orang yang membawa daun janur kering tersebut akan membakarnya dan mulai melakukan perang terhadap warga lainnya. Perang api akan berakhir saat api sudah mati.

Tradisi Siat Geni di Desa Tuban, Badung

Tradisi Perang Api di Bali Menetralisir Kekuatan Negatif

Siat geni berasal dari kata siat yang berarti perang atau berkelahi dan geni berarti api, sehingga siat geni berarti perang api. Tradisi Siat Geni ini terdapat di Desa Tuban, Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung.

Pelaksanaan tradisi ini pada Hari Purnama Sasih Kapat (bulan keempat dalam kalender Bali) di Pura Dalem Tuban. Sarana yang di gunakan adalah serabut kelapa (sambuk) yang di bakar, yang nantinya warga akan saling lempar serabut kelapa ini.DOMINO GAPLE

Uniknya, jarang ada warga yang terluka saat di lempar menggunakan serabut kelapa ini. Jika ada terluka, cukup di mohonkan tirta atau air suci di pura setempat, maka sakitnya akan hilang. Tradisi yang masih di lestarikan hingga saat ini bertujuan untuk melebur aura-aura yang bernuansa negatif sehingga menjadi energi positif.

Terteran, perang api di Desa Jasri, Karangasem

Menyaksikan Ritual Perang Api Para Pemuda Bali - Regional Liputan6.com

Di Desa Jasri yang terletak di Kecamatan Karangasem, Kabupaten Karangasem ini memiliki tradisi perang api yang di sebut dengan nama Terteran. Dalam bahasa Bali, terteran memiliki arti saling melempar.

Wong Bedolot ini setibanya dari pantai Jasri akan di ter atau di lempari obor oleh warga setempat. Wong Bedolot ini tidak boleh melawan, namun hanya bisa menangkis menggunakan obor yang mereka bawa.

Setelah Wong Bedolot ini sampai ke Pura Bale Agungm kemudian di lanjutkan dengan Terteran atau perang api masal. Warga kemudian akan saling melempar obor ke warga lainnya saat peluit di bunyikan. Walaupun terkadang bisa menimbulkan luka bakar, namun warga menjalaninya dengan perasaan senang, tidak ada permusuhan.GAPLE

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *